Senin, 14 April 2025

Analisis Wawancara Presiden Prabowo dengan Tujuh Jurnalis

 


    Pada Senin, 7 April 2025 lalu, channel Youtube Najwa Shihab telah menayangkan dialog antara Presiden Prabowo Subianto dengan tujuh jurnalis Nasional. Dialog tersebut diselenggarakan di kediaman Presiden di Hambalang, Jawa Barat pada Minggu (6/4/2025). Tujuh jurnalis itu adalah Valerina Daniel (News Anchor TVRI) sebagai moderator, Alfito Deannova (Pemred Detikcom), Lalu Mara Satriawangsa (Pemred TvOne), Uni Lubis (Pemred IDN Times), Najwa Shihab (Founder Narasi), Sutta Dharmasaputra (Pemred Harian Kompas), dan Retno Pinasti (Pemred SCTV-Indosiar).

    Selama hampir 3,5 jam, setiap jurnalis mendapat kesempatan untuk mewancarai Presiden terkait isu - isu strategis yang tengah dihadapi Indonesia, seperti RUU TNI, kasus korupsi, lapangan pekerjaan, program MBG hingga penerapan impor resiprokal oleh Amerika Serikat. Berikut analisis berdasarkan opini pribadi dari Admin Spektra mengenai wawancara para jurnalis kepada Presiden Prabowo Subianto:

Pendekatan Jurnalis dalam Merumuskan Pertanyaan

    Dalam wawancara tersebut, pendekatan dari para jurnalis dalam merumuskan pertanyaan terlihat bervariasi. Beberapa jurnalis tampak berusaha mengajukan pertanyaan secara mendalam, namun beberapa juga terlihat memilih pertanyaan yang cenderung menghindari konfrontasi langsung. Misalnya, ketika membahatentang hukum yang sering terlihat "tajam ke bawah dan tumpul ke atas". Selain itu juga, ketika membahas mengenai proses legislasi seperti draft RUU (TNI, Kepolisian, Kejaksaan, dan lain-lain) yang seringkali tidak transparan. Dua pertanyaan tersebut menunjukkan keberanian untuk menggali isu sensitif. Terlihat dari jurnalis tersebut yang juga berani untuk mem-follow up pertanyaan untuk mendapatkan detail dari jawaban Presiden. Di samping pertanyaan yang cukup tajam dan mendalam seperti sebelumnya, beberapa jurnalis juga mengajukan pertanyaan yang "aman" seperti kontroversi soal silaturahmi anak presiden. 

    Tentunya ada banyak pertanyaan yang sebenarnya ingin ditanyakan dalam kesempatan yang berharga ini. Namun dengan keterbatasan waktu dan forum yang terlihat resmi, maka pertanyaan yang disampaikan pastinya sudah merupakan hasil seleksi dari sekian banyak pertanyaan yang ada. Diharapkan pemerintah terus membuka ruang untuk diskusi, bukan hanya untuk jurnalis-jurnalis tertentu, namun juga kepada masyarakat umum.  

Dinamika Antar-Jurnalis Selama Wawancara

    Dinamika antarjurnalis dalam wawancara ini juga menarik untuk dicermati. Meskipun suasana kompetitif tidak begitu terasa, namun isu yang diangkat oleh para jurnalis tidak berfokus hanya di satu bidang. Isu-isu yang ditanyakan merata dari berbagai bidang, seperti hukum, ekonomi, politik, dan lain-lain. Tetapi, akan lebih baik lagi jika para jurnalis dapat berkolaborasi untuk menggali isu-isu krusial agar dapat ditanggapi oleh presiden secara detail dan mendalam.

Pertanyaan yang Akan Diajukan 

    Setiap pertanyaan yang telah disampakan para jurnalis tentu memiliki tingkat krusialnya masing-masing. Pada intinya, apapun kebijakan yang dibuat oleh pemerintah akan sangat berdampak bagi masyarakat. Namun, jika saya berada di antara para jurnalis tersebut, ada beberapa pertanyaan yang ingin saya ajukan. Pertanyaan tersebut terkait pemerataan pendidikan dan kesejahteraan bagi tenaga pengajar terutama bagi daerah yang termasuk 3T (terpencil, terluar, dan tertinggal). Mengingat pendidikan termasuk pondasi dan investasi terbaik bagi kemajuan suatu bangsa. Selain itu, isu lain yang ingin saya ajukan yaitu mengenai tingkat urgensi pengangkatan staf khusus di tengah efisiensi oleh beberapa kementerian. Hal tersebut memicu kontroversi di tengah masyarakat, "untuk urgensi atau balas budi?".

Isu yang Dinilai Paling Relevan bagi Masyarakat 

    Para jurnalicukup berhasil dalam memilih pertanyaan mengenai isu penting yang sedang hangat. Saya sangat salut dengan pernyataan dari Pemred SCTV_Indosiar yang membuka kesempatan bagi publik melalui akun sosial media mereka untuk "titip" pertanyaan seperti apa yang dapat disampaikan kepada Presiden.  Dari situlah, saya setuju dengan dua isu yaitu tentang lapangan pekerjaan dan korupsi yang dinilai paling relevan bagi masyarakat. Media dapat menggali data dan statistik terbaru mengenai tingkat pengangguran dan sektor apa yang paling terdampak. Selain itu, sebagai penyambung lidah masyarakat media juga perlu melibatkan suara masyarakat dan pengusaha untuk memberikan prespektif yang lebih komprehensif tentang tantangan dan solusi yang ada. Di samping isu lapangan pekerjaan, isu korupsi juga dinilai relevan bagi masyarakat. Media menjadi kontrol untuk terus menyoroti dan mengawal tindak lanjut dari kebijakan pemerintah bagi pelaku tindak korupsi. 


    Dari beberapa analisis di atas, wawancara ini menunjukkan kompleksitas interaksi antara jurnalis dan politisi. Pendekatan jurnalis dalam merumuskan pertanyaan, dinamika antarjurnalis, dan isu-isu yang diangkat semua berpengaruh pada kualitas wawancara. Untuk meningkatkan pemahaman publik, media perlu untuk terus menggali isu-isu yang relevan dan memberikan platform bagi diskusi yang lebih konstruktif.

Klik di sini untuk menonton wawancara selengkapnya! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nakba: Luka Palestina yang Terus Berdarah

1948 - 2025, Commemorate   77th of The Nakba Tragedy