Minggu, 11 Mei 2025

Menemukan Makna dalam Setiap Tantangan: Sebuah Obrolan bersama Mahasiswi Keperawatan

        Hidup adalah perjalanan yang penuh dengan tantangan dan ujian. Setiap langkah yang kita ambil akan membawa pengalaman baru yang tak hanya menguji keteguhan, namun juga mengajarkan hikmah dan memberi kekuatan untuk terus melangkah maju. Wawancara ringan ini terinspirasi dari salah satu teman saya yang sekarang sedang menempuh pendidikannya di Universitas Aisyiyah Surakarta. Beberapa waktu lalu, dia sangat suka membagi cerita pengalaman baru di dunia praktiknya kepada saya. Dari cerita yang dia bagikan itu, membuat saya menyadari dua hal penting. Pada satu sisi saya sangat bangga atas perjuangannya untuk selalu belajar dan bertahan. Di sisi lain, dengan mendengar ceritanya yang membahas tentang begitu banyak peristiwa di rumah sakit menyadarkan kepada saya (khususnya) bahwa setiap manusia memiliki kebahagaiaan dan ujian hidupnya masing-masing. Berikut satu, dua cerita hidup yang akan teman saya bagikan kepada kita semua melalui wawancara ringan pada Minggu (11/5/2025) lalu:

Perkenalkan nama kamu!

Narasumber: Namaku Luthfiah Nurrohman Putri, biasa dipanggil Fifi.

Sekarang sedang menempuh semester berapa?

Narasumber: Aku sekarang sedang menempuh semester 6, Prodi D3 Keperawatan, Universitas Aisyah Surakarta.

Apa alasan kamu ingin menjadi perawat, sehingga kamu memilih untuk berkuliah di jurusan tersebut?

Narasumber: Aku memilih jurusan ini berawal dari keinginan untuk mengikuti jejak ibu, yang mana ibuku merupakan bidan. Jadi, setidaknya Aku juga ingin untuk berkuliah di jurusan kesehatan.

Apa tantangan terbesar kamu selama praktik?

Narasumber: Tentunya tantangan yang datang sangat banyak, entah dari internal diriku sendiri maupun eksternal. Salah satunya yaitu manajemen emosional di lahan praktik dan ketika keadaan darurat. Hal tersebut membutuhkan perjuangan agar terbiasa.

Bagaimana kamu menghadapi tantangan tersebut?

Narasumber: Aku menghadapinya dengan terus berusaha seprofesional mungkin. Misal, ada pasien yang code blue (sebuah kode yang menunjukkan pasien sedang mengalami henti jantung atau henti napas). Kami semua termasuk para perawat senior sedang menyiapkan alat untuk membantu Resusitasi Jantung Paru (RJP) - tindakan medis mendesak untuk memulihkan fungsi jantung dan pernapasan pada pasien henti jantung -; ada yang menghubungi residennya, dan kami mahasiswa sibuk membantu perawat senior untuk menyiapkan alat resusitasi. Dalam keadaan genting tersebut, terdapat keluhan infus macet dari pasien lain. Gambaran keadaan tersebut sedikit membuat kontrol emosiku susah, sehingga tanpa sadar Aku mengeluarkan nada agak tinggi. Dari situlah Aku dapat mengambil pelajaran agar sebisa mungkin untuk tetap fokus dan profesional.  

Coba ceritakan pengalaman yang paling berkesan selama praktik!

Narasumber: Banyak sekali cerita atau kejadian yang berkesan. Salah satunya yaitu, aku pernah mendapati salah satu pasien (seorang nenek) yang akan pulang, lalu Aku memutuskan untuk mengantarnya sampai rumah. Pasien tersebut mengucapkan terima kasih berkali-kali karena sudah dirawat dengan baik dan sabar, serta mendo'akan agar proses belajarku berjalan lancar.

Mengapa pengalaman tersebut menjadi yang paling berkesan?

Narasumber: Karena do'a yang nenek itu ucapkan terdengar sangat tulus. Terlihat dari tatapan mata yang dalam sambil memegang erat tanganku. Aku yang saat itu sebenarnya sedang kehilangan mood untuk bertugas, menjadi benar-benar tersentuh dan membuatku kembali bersemangat. 

Apa saja pelajaran hidup yang dapat kamu ambil selama praktik?

Narasumber: Banyak sekali pelajaran yang Aku dapat. Mulai dari teori-teori langsung yang aku dapatkan dari lapangan misal, dipaksa untuk berpikir kritis, tanggap, dan tepat. Yang mana pada intinya, Aku mendapat teori/pelajaran yang tidak aku dapatkan di ruang kelas. Selain itu, saat memberikan pelayanan kepada pasien, Aku lebih banyak belajar bagaimana cara menempatkan diri dan menghadapi pasien dengan karakter yang berbeda-beda atau bahkan unik. Hal tersebut membuat Aku belajar untuk menjadi profesional dan dapat membesarkan empati apapun karakter pasien.

Dari pengalaman tersebut, apakah menjadikan kamu semakin ingin menjadi perawat?

Narasumber: Ya, benar sekali. Aku menjadi semakin mantap untuk menjadi perawat di esok hari. Karena pengalaman di lahan praktik sendiri, Aku berhasil menemukan karakter dan passionku.

Berikan tanggapan seputar kesejahteraan yang diberikan pemerintah untuk nakes di Indonesia!

Narasumber: Mungkin menanggapi isu-isu yang beredar seputar kesejahteraan nakes, ya. Jujur, Aku cukup sedih. Dengan jam terbang yang overload dan kesejahteraan yang belum rata dari pemerintah. Mungkin jika pemerintah belum bisa untuk menaikkan gaji perawat, setidaknya kami berharap untuk memperbaiki sistem BPJS, mengingat regulasinya sekarang yang merugikan masyarakat menengah ke bawah.

Apakah pengalaman praktik kamu selama kuliah akan mempersiapkan kamu untuk menghadapi tantangan besok ketika kamu berkarir?

Narasumber: Mungkin sekitar 70% membantuku untuk memberi gambaran nyata ketika besok bekerja. Tentunya dengan harapan Aku bisa lebih profesional dan matang saat besok sudah menjalani profesi.

Adakah nasihat untuk masyarakat umum mengenai pentingnya kesehatan?

Narasumber: Kesehatan itu sangat mahal. Jadi, sangat perlu dijaga, apalagi yang masih muda. Waktu muda adalah waktu yang sangat bagus untuk investasi kesehatan. Tidak apa-apa jika mungkin kita harus menahan diri dari life style yang tidak sehat, dari pada harus membayar mahal untuk obat dan pelayanan kesehatan. Untuk beberapa orang dengan penyakit bawaan, tetap ikhlas dan semangat untuk sehat. Mungkin itu suatu cara dari Allah untuk mengangkat derajat kita.

Pesan untuk mahasiswa keperawatan di luar sana.

Narasumber: Teruntuk mahasiswa kesehatan di luar sana (khususnya D3 Keperawatan seperti Aku), semangat selalu untuk terus belajar dan mengabdi kepada masyarakat. Meskipun di lapangan mungkin D3 seringkali dipandang sebelah mata, namun yakinlah yang terpenting kita masih selalu dibutuhkan untuk bisa bermanfaat bagi masyarakat.


        Dalam hidup, ada saatnya kita berada di titik lelah yang akhirnya menjadikan kita kurang bersyukur atasegala nikmat dan kesempatan yang kita miliki. Mungkin terdengar sedikit jahat, namun terkadang dengan melihat orang lain dengan ujiannya, menyadarkan kita bahwa kita tidak sendirian yang diuji dengan hal seberat dan semelelahkan ini. Bahkan, kita benar-benar masih kurang bersyukur atas apa yang kita miliki saat ini. Senyuman, ucapan terima kasih dan doa yang tulus dari orang yang telah kita bantu menjadi pelipur ajaib untuk kita yang mungkin sedang dalam keadaan lelah. Jika kita mau untuk sedikit merenung, pelajaran dan hikmah hidup akan dengan mudah kita dapati di sekitar kita. Bahkan dalam setiap ujian, lelah, marah, sedih yang kita rasakan terdapat beribu makna yang memberikan kekuatan agar kita menjadi manusia tangguh di kemudian hari. 

Selasa, 29 April 2025

Kuttab Al Faruq Gelar Jumpa Pers Terkait Kasus Pelecehan Seksual

 

Foto: Lensa Solo Raya
https://www.youtube.com/watch?v=LcIbEFa9e5g

JendelaSpektra.blogspot.com -- Kuttab Al Faruq menggelar jumpa pers pada Senin (28/4/2025) untuk mengklarifikasi dugaan kasus pelecehan seksual. Bertempat di aula Kuttab Al Faruq, Tanjunganom, Kwarasan, Grogol, Sukoharjo, jumpa pers ini dihadiri oleh pihak manajemen sekolah, perwakilan orang tua siswa, serta media lokal.

Kasus pelecehan seksual ini melibatkan oknum guru sekaligus kepala sekolah dari Kutab Al Faruq yang berinisial DI (37). Korban berjumlah sekitar 20-an murid laki-laki di sekolah tersebut. Saat ini pelaku sudah dipecat dan ditahan di Polres Sukoharjo. 

Dalam jumpa pers tersebut, klarifikasi pihak sekolah disampaikan oleh M. Syafi'i (Pendiri Kuttab Al Faruq), Endro Sudarsono (Pendamping Kuttab Al Faruq), dan Danang (Perwakilan Yayasan). Dalam pernyataannya, pihak sekolah mengungkapkan bahwa mereka segera mengambil langkah tegas setelah mendapat laporan dengan memecat oknum kepala sekolah yang terlibat. Selain itu, mereka berkomitmen untuk mendampingi korban dalam proses hukum dan memberikan dukungan psikologis yang diperlukan. Pihak sekolah juga akan meningkatkan program pendidikan tentang kesadaran veksual dan perlindungan anak untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. Permohonan maaf juga disampaikan pihak sekolah atas kejadian yang sangat disayangkan ini.

"Kami mewakili dari Kuttab Al Faruq Sukoharjo menyampaikan permohonan maaf kepada korban, keluarga korban atas peristiwa ini. Tentu saja ini merugikan korban, keluarga korban, termasuk kami sendiri yang menjadi korban," Ujar Endro.

Dengan adanya jumpa pers ini, Kuttab Al Faruq berharap dapat meredakan kekhawatiran masyarakat dan menunjukkan komitmen mereka dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi semua siswa.


Senin, 14 April 2025

Analisis Wawancara Presiden Prabowo dengan Tujuh Jurnalis

 


    Pada Senin, 7 April 2025 lalu, channel Youtube Najwa Shihab telah menayangkan dialog antara Presiden Prabowo Subianto dengan tujuh jurnalis Nasional. Dialog tersebut diselenggarakan di kediaman Presiden di Hambalang, Jawa Barat pada Minggu (6/4/2025). Tujuh jurnalis itu adalah Valerina Daniel (News Anchor TVRI) sebagai moderator, Alfito Deannova (Pemred Detikcom), Lalu Mara Satriawangsa (Pemred TvOne), Uni Lubis (Pemred IDN Times), Najwa Shihab (Founder Narasi), Sutta Dharmasaputra (Pemred Harian Kompas), dan Retno Pinasti (Pemred SCTV-Indosiar).

    Selama hampir 3,5 jam, setiap jurnalis mendapat kesempatan untuk mewancarai Presiden terkait isu - isu strategis yang tengah dihadapi Indonesia, seperti RUU TNI, kasus korupsi, lapangan pekerjaan, program MBG hingga penerapan impor resiprokal oleh Amerika Serikat. Berikut analisis berdasarkan opini pribadi dari Admin Spektra mengenai wawancara para jurnalis kepada Presiden Prabowo Subianto:

Pendekatan Jurnalis dalam Merumuskan Pertanyaan

    Dalam wawancara tersebut, pendekatan dari para jurnalis dalam merumuskan pertanyaan terlihat bervariasi. Beberapa jurnalis tampak berusaha mengajukan pertanyaan secara mendalam, namun beberapa juga terlihat memilih pertanyaan yang cenderung menghindari konfrontasi langsung. Misalnya, ketika membahatentang hukum yang sering terlihat "tajam ke bawah dan tumpul ke atas". Selain itu juga, ketika membahas mengenai proses legislasi seperti draft RUU (TNI, Kepolisian, Kejaksaan, dan lain-lain) yang seringkali tidak transparan. Dua pertanyaan tersebut menunjukkan keberanian untuk menggali isu sensitif. Terlihat dari jurnalis tersebut yang juga berani untuk mem-follow up pertanyaan untuk mendapatkan detail dari jawaban Presiden. Di samping pertanyaan yang cukup tajam dan mendalam seperti sebelumnya, beberapa jurnalis juga mengajukan pertanyaan yang "aman" seperti kontroversi soal silaturahmi anak presiden. 

    Tentunya ada banyak pertanyaan yang sebenarnya ingin ditanyakan dalam kesempatan yang berharga ini. Namun dengan keterbatasan waktu dan forum yang terlihat resmi, maka pertanyaan yang disampaikan pastinya sudah merupakan hasil seleksi dari sekian banyak pertanyaan yang ada. Diharapkan pemerintah terus membuka ruang untuk diskusi, bukan hanya untuk jurnalis-jurnalis tertentu, namun juga kepada masyarakat umum.  

Dinamika Antar-Jurnalis Selama Wawancara

    Dinamika antarjurnalis dalam wawancara ini juga menarik untuk dicermati. Meskipun suasana kompetitif tidak begitu terasa, namun isu yang diangkat oleh para jurnalis tidak berfokus hanya di satu bidang. Isu-isu yang ditanyakan merata dari berbagai bidang, seperti hukum, ekonomi, politik, dan lain-lain. Tetapi, akan lebih baik lagi jika para jurnalis dapat berkolaborasi untuk menggali isu-isu krusial agar dapat ditanggapi oleh presiden secara detail dan mendalam.

Pertanyaan yang Akan Diajukan 

    Setiap pertanyaan yang telah disampakan para jurnalis tentu memiliki tingkat krusialnya masing-masing. Pada intinya, apapun kebijakan yang dibuat oleh pemerintah akan sangat berdampak bagi masyarakat. Namun, jika saya berada di antara para jurnalis tersebut, ada beberapa pertanyaan yang ingin saya ajukan. Pertanyaan tersebut terkait pemerataan pendidikan dan kesejahteraan bagi tenaga pengajar terutama bagi daerah yang termasuk 3T (terpencil, terluar, dan tertinggal). Mengingat pendidikan termasuk pondasi dan investasi terbaik bagi kemajuan suatu bangsa. Selain itu, isu lain yang ingin saya ajukan yaitu mengenai tingkat urgensi pengangkatan staf khusus di tengah efisiensi oleh beberapa kementerian. Hal tersebut memicu kontroversi di tengah masyarakat, "untuk urgensi atau balas budi?".

Isu yang Dinilai Paling Relevan bagi Masyarakat 

    Para jurnalicukup berhasil dalam memilih pertanyaan mengenai isu penting yang sedang hangat. Saya sangat salut dengan pernyataan dari Pemred SCTV_Indosiar yang membuka kesempatan bagi publik melalui akun sosial media mereka untuk "titip" pertanyaan seperti apa yang dapat disampaikan kepada Presiden.  Dari situlah, saya setuju dengan dua isu yaitu tentang lapangan pekerjaan dan korupsi yang dinilai paling relevan bagi masyarakat. Media dapat menggali data dan statistik terbaru mengenai tingkat pengangguran dan sektor apa yang paling terdampak. Selain itu, sebagai penyambung lidah masyarakat media juga perlu melibatkan suara masyarakat dan pengusaha untuk memberikan prespektif yang lebih komprehensif tentang tantangan dan solusi yang ada. Di samping isu lapangan pekerjaan, isu korupsi juga dinilai relevan bagi masyarakat. Media menjadi kontrol untuk terus menyoroti dan mengawal tindak lanjut dari kebijakan pemerintah bagi pelaku tindak korupsi. 


    Dari beberapa analisis di atas, wawancara ini menunjukkan kompleksitas interaksi antara jurnalis dan politisi. Pendekatan jurnalis dalam merumuskan pertanyaan, dinamika antarjurnalis, dan isu-isu yang diangkat semua berpengaruh pada kualitas wawancara. Untuk meningkatkan pemahaman publik, media perlu untuk terus menggali isu-isu yang relevan dan memberikan platform bagi diskusi yang lebih konstruktif.

Klik di sini untuk menonton wawancara selengkapnya! 

Senin, 07 April 2025

10 Contoh Kesalahan Bahasa di Ruang Publik

    Dalam kesempatan kali ini, kita akan mengupas beberapa contoh kesalahan penulisan, kaidah, kata baku, dan tidak baku yang sering muncul di ruang publik. Dengan mengenali dan memahami kesalahan ini, diharapkan kita dapat lebih menghargai pentingnya bahasa dan penulisan yang baik dan benar. Berikut 10 contoh fenomena kesalahan bahasa dan penulisan di ruang publik:

1. Kesalahan: Kata "Mie" merupakan kata tidak baku dan kata "Djempol" memakai ejaan lama.

Koreksi: Bentuk baku dari kata "Mie" adalah "Mi", sedangkan bentuk ejaan baru dari kata "Djempol" adalah "Jempol". 


2. Kesalahan: Kata "Snak"

Koreksi: Penulisan yang benar adalah "Snack", yang memiliki arti camilan dalam bahasa Indonesia.







3. Kesalahan: Kata "Shothing"

Koreksi: Penulisan yang benar yaitu "Shooting"
4. Kesalahan: Kata "Waroeng" memakai ejaan lama

Koreksi: Ejaan baru dari kata tersebut adalah "Warung"


5. Kesalahan: Kata "Jadoel" memakai ejaan lama

Koreksi: Ejaan baru dari kata tersebut adalah "Jadul"
6. Kesalahan: Kata "Besuk" merupakan kata tidak baku

Koreksi: Bentuk baku sesuai KBBI yaitu "Besok"


7. Kesalahan: Kata "Ramadhan" merupakan bentuk tidak baku

Koreksi: Bentuk baku dalam KBBI yaitu "Ramadan"
8. Kesalahan: Kata "Parcel"

Koreksi: Bentuk baku dari kata tersebut dalam KBBI adalah "Parsel"


9. Kesalahan: Kata "Scand", "Kebutuhnan", dan "Terimakasih"

Koreksi: Penulisan yang benar dari kata "Scand" yaitu "Scan", yang memiliki arti memindai dalam bahasa Indonesia. Penulisan yang benar dari kata "Kebutuhnan" yaitu "Kebutuhan". Kaidah penulisan yang benar dari kata "Terimakasih" yaitu "Terima kasih" (dengan spasi antara kata "terima" dan "kasih").
10. Kesalahan: Kata "Sekertariat" merupakan bentuk tidak baku.

Koreksi: Bentuk baku dalam KBBI yaitu "Sekretariat"

Sabtu, 05 April 2025

Review Singkat Obrolan di Podcast "Sepulang Sekolah" Episode Terakhir Edisi Learning by Fasting

Selamat datang kembali di Blog Jendela Spektra!

    Kali ini, Admin Spektra kembali berbagi tulisan yang berisi rangkuman obrolan dari salah satu Episode di podcast Sepulang Sekolah Edisi Learning by Fasting. Koi yang berkolaborasi dengan Ustadz Felix Siaw meliris Edisi ini khusus Ramadan 1446 H. Dari lima episode di Edisi Learning by Fasting, podcast ini mengundang Risco Aditama (seorang pendakwah dan konten kreator yang tertarik pada sains) pada Episode terakhir yang berjudul  "Umat Muslim Makin Jauh dari Sains! Dulunya Penguasa!". 


Berikut berapa poin rangkuman dari obrolan mereka:

1. Pada masa keemasannya, umat Islam berhasil mencapai kejayaan di bidang sains/ilmu pengetahuan. Banyak lahir ilmuwan-ilmuwan terkemuka yang mana karya mereka memberikan sumbangan besar terhadap majunya peradaban Barat di abad pertengahan. 

2. Salah satu alasan majunya ilmu pengetahuan umat Islam pada saat itu adalah kesungguhan mereka dalam melaksanakan perintah Al-Qur'an untuk menuntut ilmu. Mereka dengan terbuka mempelajari dan mengadopsi ilmu-ilmu yang telah berkembang di peradaban sebelumnya, khususnya dari bangsa Greek atau Yunani kuno. Hal tersebut menjadi bukti bahwa Islam tidak memisahkan antara urusan agama dan dunia. Agama bukanlah penghambat dari berkembangnya ilmu pengetahuan, justru agama menjadi filter agar ilmu pengetahuan senantiasa digunakan demi kepentingan dan kebermanfaatan umat manusia dan lingkungan sekitar, bukan malah merusak.

3. Di samping umat Islam mencapai Golden Age, Eropa pada masa itu sedang berada di bawah kungkungan pengaruh gereja (masa itu biasa disebut dengan Dark Age bagi Eropa). Di mana setiap individu yang menentang aturan gereja akan dihukum. Begitu pula dengan para cendekiawan mereka yang banyak mengalami persekusi, karena ilmu pengetahuan dianggap ancaman besar bagi pihak gereja. Hingga  mereka bangkit dan muncul perlawanan seperti revolusi Perancis dan lain-lain. Masa ini disebut dengan masa Renaissance (masa revolusi). Pada masa inilah mereka memisahkan urusan agama dari urusan-urusan kehidupan lainnya, lalu mulai berkembanglah paham sekularisme. 

4. Terlihat sekali perbedaan antara sejarah peradaban Islam dan Barat dalam proses kemajuan ilmu pengetahuan. Dengan agama lah peradaban Islam dapat maju, sedangkan peradaban Barat justru maju setelah memisahkan agama dari ilmu pengetahuan/sains. 

5. Fenomena kondisi umat Islam sekarang yang terdampak dari paham sekularisme menjadi hal yang mengkhawatirkan. Karena jika umat Islam mau menilik kembali sejarah pendahulu mereka, maka mereka akan memahami bahwa Islam sangat mencintai ilmu dan mendukung berkembangnya sains. 

    Menjadi umat Islam adalah privilege bagi mereka yang ingin menjadi umat yang    maju. Mengetahui fakta bahwa al-Khawarizmi menyumbang ilmu pengetahuan dengan teori algoritma di dalam bukunya "al-Jabar wa al-Muqabalah", Abbas ibn Firnas dengan teori percobaan pertama pesawat, Hasan ibn Haitsam dengan teori lensanya, dan masih banyak ilmuwan muslim lain yang lahir pada masa itu, seharusnya dapat menjadi motivasi bagi umat Islam agar terus belajar semua ilmu yang dapat bermanfaat bagi kehidupan dan kemaslahatan umat. Learn the history, repeat the victory!

Jumat, 04 April 2025

Review Singkat Podcast "Escape" Episode 28 dan 29!

Selamat datang di Blog Jendela Spektra!

    Kali ini, Admin Spektra akan berbagi tulisan yang berisi tentang hasil review dari salah satu podcast menarik di Bulan Ramadan 1446 H. Nama podcast tersebut adalah Escape. Podcast milik Raymond Chin (seorang konten kreator dan pengusaha muda) yang berkolaborasi dengan Ustadz Felix Siaw (salah satu ustadz kondang di tanah air) ini memiliki 31 episode yang tayang setiap jam empat sore selama bulan Ramadan. Di episode 28 dan 29, podcast ini mengundang mantan gubernur DKI Jakarta periode 20172022, Anies Rasyid Baswedan.

1. Review Episode 28 

    Episode 28 ini berjudul "Anies Baswedan: Bongkar Dosa Politik Indonesia?!". Beberapa poin kesimpulan dari podcast yang berdurasi kurang lebih satu jam lebih lima menit ini adalah:

a. Di tengah hiruk pikuk permasalahan bangsa yang sedang digaungkan, rasa khawatir dan "takut" terhadap nasib bangsa muncul di tengah masyarakat. Tentu saja hal tersebut sangatlah wajar. Namun akan menjadi kurang baik, jika masyarakat akhirnya terlalu fokus pada kekhawatiran dan ketakutan tersebut. Untuk itu, rasa optimis harus dimunculkan. Optimis bahwa permasalahan tersebut merupakan bagian dari proses pembelajaran dan masyarakat kita pasti akan dapat melewatinya. Fakta bahwa masa - masa sebelumnya bangsa kita pernah menghadapi permasalahan yang lebih gelap dan akhirnya berhasil melewatinya diharapkan akan menjadi motifasi bagi masyarakat kita. Pada poin ini menekankan bahwa rasa "takut" dan optimis haruslah proporsional.

b. Pendidikan adalah investasi terbaik untuk solusi dari permasalahan yang terjadi pada bangsa berkembang seperti Indonesia. Hal tersebut diharapkan menjadi concern pemerintah.

c. Orientasi dari pendidikan itu sendiri bukanlah sekedar untuk menyiapkan seseorang menjadi pekerja/buruh komersial. Akan tetapi, bagaimana membentuk pribadi yang bernilai dan dapat bermanfaat untuk lingkungan sekitarnya (keluarga, masyarakat sekitar, tempat kerja, dan lain-lain).

d. Menanggapi teror yang dihadapi oleh salah satu media berita Indonesia, Pak Anies mengatakan bahwa setiap kita adalah pejuang demi Indonesia yang lebih baik dan setiap pejuang tidak seharusnya bersikap "cengeng". Teror babi dan tikus menjadi contoh bahwa dalam setiap perjuangan pasti akan ada resiko dan ancaman. Maka, beranilah untuk mengungkap dan jadikan ancaman tersebut sebagai pesan bahwa karena hal-hal buruk seperti teror inilah kita butuh untuk tetap berjuang.  

e. Banyaknya berita dan informasi yang beredar di tengah masyarakat justru juga menjadi pertanda baik bahwa informasi antara masyarakat dan pemerintahan semakin setara dan simetris. Diharapkan hal tersebut dapat menunjang transparasi kebijakan-kebijakan dari pemerintah dan para pembuat keputusan.

Klik di sini untuk menonton lengkap episode 28.

2. Review Episode 29

    Episode ini merupakan lanjutan dari episode sebelumnya. Dari episode yang berjudul "Ini Obat Kanker untuk Indonesia?!" dapat ditarik beberapa kesimpulan:

a. Di samping pendidikan sebagai investasi jangka panjang dalam mengatasi permasalahan bangsa, maka solusi dalam jangka lebih pendek yang dapat ditawarkan yaitu sistem Meritokrasi yang harus ditegakkan. Di mana dalam semua kompetisi/pemilihan/seleksi (dalam ranah politik, pendidikan, dan lain-lain) kompetensi, kapabilitas, integritas, dan gagasan lah yang menjadi tolak ukur penilaian. Bukan sekedar karena latar belakang keturunan, kekayaan, popularitas, dan lain-lain. Meritokrasi inilah yang menjadi pondasi awal untuk mencapai sebuah kompetisi yang sehat. Akan tetapi, proses Meritrokasi ini seringkali "dilangkahi", di mana pemilihan-pemilhan yang dilakukan langsung berdasarkan koneksi sosial, favoritisme, dan latar belakang lainnya.

b. Critical thinking dan objektif merupakan dua kunci agar kita tidak mudah dibodohi, tergiring opini dan salah memihak. Pada kondisi yang memperlihatkan keadilan dipermainkan, maka kita tidak seharusnya bersikap netral. Melainkan harus memihak dengan objektif.

c. Di tengah permasalahan bangsa yang semakin memuncak, masyarakat kita pasti juga mendapat banyak pembelajaran. Bagaimana pilihan kita sangat berpengaruh dan menentukan kebijakan-kebijakan yang akan keluar minimal dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Hal tersebut tentunya akan menjadi evaluasi tersendiri bagi rakyat kita. Terlebih lagi, kekuatan informasi yang tersebar melalui media sosial sangat lah berpengaruh dalam menumbuhkan keberanian antar masyarakat satu dengan yang lain untuk terus merespon dan menyampaikan aspirasi atas kebijakan-kebijakan (khususnya) yang merugikan publik.   

Klik di sini untuk menonton lengkap episode 29.

    Demikianlah beberapa poin hasil dari review yang dapat diambil dari podcast Escape episode 28 dan 29 ini. Pada intinya, di tengah kondisi sekarang, kita harus tetap optimis dengan negara ini. Meskipun keadaan negara terlihat tidak kondusif (karena permasalahan yang terjadi, seperti inflasi, praktek KKN, dan banyak demo), tapi di sisi lain justru mengindikasikan bahwa masyarakat kita semakin responsif dan semakin tergerak untuk "melek" politik. Sekecil apapun upaya kita untuk menyuarakan kebenaran sangatlah memberi pengaruh. 


"hal-hal baik akan menemukan jalannya, cepat atau lambat"

- Anies Baswedan -


Nakba: Luka Palestina yang Terus Berdarah

1948 - 2025, Commemorate   77th of The Nakba Tragedy