Selasa, 29 April 2025
Kuttab Al Faruq Gelar Jumpa Pers Terkait Kasus Pelecehan Seksual
Senin, 14 April 2025
Analisis Wawancara Presiden Prabowo dengan Tujuh Jurnalis
Pada Senin, 7 April 2025 lalu, channel Youtube Najwa Shihab telah menayangkan dialog antara Presiden Prabowo Subianto dengan tujuh jurnalis Nasional. Dialog tersebut diselenggarakan di kediaman Presiden di Hambalang, Jawa Barat pada Minggu (6/4/2025). Tujuh jurnalis itu adalah Valerina Daniel (News Anchor TVRI) sebagai moderator, Alfito Deannova (Pemred Detikcom), Lalu Mara Satriawangsa (Pemred TvOne), Uni Lubis (Pemred IDN Times), Najwa Shihab (Founder Narasi), Sutta Dharmasaputra (Pemred Harian Kompas), dan Retno Pinasti (Pemred SCTV-Indosiar).
Selama hampir 3,5 jam, setiap jurnalis mendapat kesempatan untuk mewancarai Presiden terkait isu - isu strategis yang tengah dihadapi Indonesia, seperti RUU TNI, kasus korupsi, lapangan pekerjaan, program MBG hingga penerapan impor resiprokal oleh Amerika Serikat. Berikut analisis berdasarkan opini pribadi dari Admin Spektra mengenai wawancara para jurnalis kepada Presiden Prabowo Subianto:
Pendekatan Jurnalis dalam Merumuskan Pertanyaan
Dalam wawancara tersebut, pendekatan dari para jurnalis dalam merumuskan pertanyaan terlihat bervariasi. Beberapa jurnalis tampak berusaha mengajukan pertanyaan secara mendalam, namun beberapa juga terlihat memilih pertanyaan yang cenderung menghindari konfrontasi langsung. Misalnya, ketika membahas tentang hukum yang sering terlihat "tajam ke bawah dan tumpul ke atas". Selain itu juga, ketika membahas mengenai proses legislasi seperti draft RUU (TNI, Kepolisian, Kejaksaan, dan lain-lain) yang seringkali tidak transparan. Dua pertanyaan tersebut menunjukkan keberanian untuk menggali isu sensitif. Terlihat dari jurnalis tersebut yang juga berani untuk mem-follow up pertanyaan untuk mendapatkan detail dari jawaban Presiden. Di samping pertanyaan yang cukup tajam dan mendalam seperti sebelumnya, beberapa jurnalis juga mengajukan pertanyaan yang "aman" seperti kontroversi soal silaturahmi anak presiden.
Tentunya ada banyak pertanyaan yang sebenarnya ingin ditanyakan dalam kesempatan yang berharga ini. Namun dengan keterbatasan waktu dan forum yang terlihat resmi, maka pertanyaan yang disampaikan pastinya sudah merupakan hasil seleksi dari sekian banyak pertanyaan yang ada. Diharapkan pemerintah terus membuka ruang untuk diskusi, bukan hanya untuk jurnalis-jurnalis tertentu, namun juga kepada masyarakat umum.
Dinamika Antar-Jurnalis Selama Wawancara
Dinamika antarjurnalis dalam wawancara ini juga menarik untuk dicermati. Meskipun suasana kompetitif tidak begitu terasa, namun isu yang diangkat oleh para jurnalis tidak berfokus hanya di satu bidang. Isu-isu yang ditanyakan merata dari berbagai bidang, seperti hukum, ekonomi, politik, dan lain-lain. Tetapi, akan lebih baik lagi jika para jurnalis dapat berkolaborasi untuk menggali isu-isu krusial agar dapat ditanggapi oleh presiden secara detail dan mendalam.
Pertanyaan yang Akan Diajukan
Setiap pertanyaan yang telah disampakan para jurnalis tentu memiliki tingkat krusialnya masing-masing. Pada intinya, apapun kebijakan yang dibuat oleh pemerintah akan sangat berdampak bagi masyarakat. Namun, jika saya berada di antara para jurnalis tersebut, ada beberapa pertanyaan yang ingin saya ajukan. Pertanyaan tersebut terkait pemerataan pendidikan dan kesejahteraan bagi tenaga pengajar terutama bagi daerah yang termasuk 3T (terpencil, terluar, dan tertinggal). Mengingat pendidikan termasuk pondasi dan investasi terbaik bagi kemajuan suatu bangsa. Selain itu, isu lain yang ingin saya ajukan yaitu mengenai tingkat urgensi pengangkatan staf khusus di tengah efisiensi oleh beberapa kementerian. Hal tersebut memicu kontroversi di tengah masyarakat, "untuk urgensi atau balas budi?".
Isu yang Dinilai Paling Relevan bagi Masyarakat
Para jurnalis cukup berhasil dalam memilih pertanyaan mengenai isu penting yang sedang hangat. Saya sangat salut dengan pernyataan dari Pemred SCTV_Indosiar yang membuka kesempatan bagi publik melalui akun sosial media mereka untuk "titip" pertanyaan seperti apa yang dapat disampaikan kepada Presiden. Dari situlah, saya setuju dengan dua isu yaitu tentang lapangan pekerjaan dan korupsi yang dinilai paling relevan bagi masyarakat. Media dapat menggali data dan statistik terbaru mengenai tingkat pengangguran dan sektor apa yang paling terdampak. Selain itu, sebagai penyambung lidah masyarakat media juga perlu melibatkan suara masyarakat dan pengusaha untuk memberikan prespektif yang lebih komprehensif tentang tantangan dan solusi yang ada. Di samping isu lapangan pekerjaan, isu korupsi juga dinilai relevan bagi masyarakat. Media menjadi kontrol untuk terus menyoroti dan mengawal tindak lanjut dari kebijakan pemerintah bagi pelaku tindak korupsi.
Dari beberapa analisis di atas, wawancara ini menunjukkan kompleksitas interaksi antara jurnalis dan politisi. Pendekatan jurnalis dalam merumuskan pertanyaan, dinamika antarjurnalis, dan isu-isu yang diangkat semua berpengaruh pada kualitas wawancara. Untuk meningkatkan pemahaman publik, media perlu untuk terus menggali isu-isu yang relevan dan memberikan platform bagi diskusi yang lebih konstruktif.
Senin, 07 April 2025
10 Contoh Kesalahan Bahasa di Ruang Publik
Dalam kesempatan kali ini, kita akan mengupas beberapa contoh kesalahan penulisan, kaidah, kata baku, dan tidak baku yang sering muncul di ruang publik. Dengan mengenali dan memahami kesalahan ini, diharapkan kita dapat lebih menghargai pentingnya bahasa dan penulisan yang baik dan benar. Berikut 10 contoh fenomena kesalahan bahasa dan penulisan di ruang publik:
Sabtu, 05 April 2025
Review Singkat Obrolan di Podcast "Sepulang Sekolah" Episode Terakhir Edisi Learning by Fasting
Selamat datang kembali di Blog Jendela Spektra!
Kali ini, Admin Spektra kembali berbagi tulisan yang berisi rangkuman obrolan dari salah satu Episode di podcast Sepulang Sekolah Edisi Learning by Fasting. Koi yang berkolaborasi dengan Ustadz Felix Siaw meliris Edisi ini khusus Ramadan 1446 H. Dari lima episode di Edisi Learning by Fasting, podcast ini mengundang Risco Aditama (seorang pendakwah dan konten kreator yang tertarik pada sains) pada Episode terakhir yang berjudul "Umat Muslim Makin Jauh dari Sains! Dulunya Penguasa!".
Berikut berapa poin rangkuman dari obrolan mereka:
Jumat, 04 April 2025
Review Singkat Podcast "Escape" Episode 28 dan 29!
Selamat datang di Blog Jendela Spektra!
Kali ini, Admin Spektra akan berbagi tulisan yang berisi tentang hasil review dari salah satu podcast menarik di Bulan Ramadan 1446 H. Nama podcast tersebut adalah Escape. Podcast milik Raymond Chin (seorang konten kreator dan pengusaha muda) yang berkolaborasi dengan Ustadz Felix Siaw (salah satu ustadz kondang di tanah air) ini memiliki 31 episode yang tayang setiap jam empat sore selama bulan Ramadan. Di episode 28 dan 29, podcast ini mengundang mantan gubernur DKI Jakarta periode 2017–2022, Anies Rasyid Baswedan.
1. Review Episode 28
Episode 28 ini berjudul "Anies Baswedan: Bongkar Dosa Politik Indonesia?!". Beberapa poin kesimpulan dari podcast yang berdurasi kurang lebih satu jam lebih lima menit ini adalah:
a. Di tengah hiruk pikuk permasalahan bangsa yang sedang digaungkan, rasa khawatir dan "takut" terhadap nasib bangsa muncul di tengah masyarakat. Tentu saja hal tersebut sangatlah wajar. Namun akan menjadi kurang baik, jika masyarakat akhirnya terlalu fokus pada kekhawatiran dan ketakutan tersebut. Untuk itu, rasa optimis harus dimunculkan. Optimis bahwa permasalahan tersebut merupakan bagian dari proses pembelajaran dan masyarakat kita pasti akan dapat melewatinya. Fakta bahwa masa - masa sebelumnya bangsa kita pernah menghadapi permasalahan yang lebih gelap dan akhirnya berhasil melewatinya diharapkan akan menjadi motifasi bagi masyarakat kita. Pada poin ini menekankan bahwa rasa "takut" dan optimis haruslah proporsional.
b. Pendidikan adalah investasi terbaik untuk solusi dari permasalahan yang terjadi pada bangsa berkembang seperti Indonesia. Hal tersebut diharapkan menjadi concern pemerintah.
c. Orientasi dari pendidikan itu sendiri bukanlah sekedar untuk menyiapkan seseorang menjadi pekerja/buruh komersial. Akan tetapi, bagaimana membentuk pribadi yang bernilai dan dapat bermanfaat untuk lingkungan sekitarnya (keluarga, masyarakat sekitar, tempat kerja, dan lain-lain).
d. Menanggapi teror yang dihadapi oleh salah satu media berita Indonesia, Pak Anies mengatakan bahwa setiap kita adalah pejuang demi Indonesia yang lebih baik dan setiap pejuang tidak seharusnya bersikap "cengeng". Teror babi dan tikus menjadi contoh bahwa dalam setiap perjuangan pasti akan ada resiko dan ancaman. Maka, beranilah untuk mengungkap dan jadikan ancaman tersebut sebagai pesan bahwa karena hal-hal buruk seperti teror inilah kita butuh untuk tetap berjuang.
e. Banyaknya berita dan informasi yang beredar di tengah masyarakat justru juga menjadi pertanda baik bahwa informasi antara masyarakat dan pemerintahan semakin setara dan simetris. Diharapkan hal tersebut dapat menunjang transparasi kebijakan-kebijakan dari pemerintah dan para pembuat keputusan.
Klik di sini untuk menonton lengkap episode 28.
2. Review Episode 29
Episode ini merupakan lanjutan dari episode sebelumnya. Dari episode yang berjudul "Ini Obat Kanker untuk Indonesia?!" dapat ditarik beberapa kesimpulan:
a. Di samping pendidikan sebagai investasi jangka panjang dalam mengatasi permasalahan bangsa, maka solusi dalam jangka lebih pendek yang dapat ditawarkan yaitu sistem Meritokrasi yang harus ditegakkan. Di mana dalam semua kompetisi/pemilihan/seleksi (dalam ranah politik, pendidikan, dan lain-lain) kompetensi, kapabilitas, integritas, dan gagasan lah yang menjadi tolak ukur penilaian. Bukan sekedar karena latar belakang keturunan, kekayaan, popularitas, dan lain-lain. Meritokrasi inilah yang menjadi pondasi awal untuk mencapai sebuah kompetisi yang sehat. Akan tetapi, proses Meritrokasi ini seringkali "dilangkahi", di mana pemilihan-pemilhan yang dilakukan langsung berdasarkan koneksi sosial, favoritisme, dan latar belakang lainnya.
b. Critical thinking dan objektif merupakan dua kunci agar kita tidak mudah dibodohi, tergiring opini dan salah memihak. Pada kondisi yang memperlihatkan keadilan dipermainkan, maka kita tidak seharusnya bersikap netral. Melainkan harus memihak dengan objektif.
c. Di tengah permasalahan bangsa yang semakin memuncak, masyarakat kita pasti juga mendapat banyak pembelajaran. Bagaimana pilihan kita sangat berpengaruh dan menentukan kebijakan-kebijakan yang akan keluar minimal dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Hal tersebut tentunya akan menjadi evaluasi tersendiri bagi rakyat kita. Terlebih lagi, kekuatan informasi yang tersebar melalui media sosial sangat lah berpengaruh dalam menumbuhkan keberanian antar masyarakat satu dengan yang lain untuk terus merespon dan menyampaikan aspirasi atas kebijakan-kebijakan (khususnya) yang merugikan publik.
Demikianlah beberapa poin hasil dari review yang dapat diambil dari podcast Escape episode 28 dan 29 ini. Pada intinya, di tengah kondisi sekarang, kita harus tetap optimis dengan negara ini. Meskipun keadaan negara terlihat tidak kondusif (karena permasalahan yang terjadi, seperti inflasi, praktek KKN, dan banyak demo), tapi di sisi lain justru mengindikasikan bahwa masyarakat kita semakin responsif dan semakin tergerak untuk "melek" politik. Sekecil apapun upaya kita untuk menyuarakan kebenaran sangatlah memberi pengaruh.
- Anies Baswedan -